Friday 25 December 2015

[Contoh Kasus] Analisis Pengambilan Keputusan dalam Organisasi.

DPR yang masih ragu dalam pengambilan keputusan menaikkan tarif listrik 10%. Ini di karenakan bentroknya pemerintah dengan masyarakat. Pemerintah yang ingin tarif di naikkan, dan masyarakatnyanya yang tidak setuju. Mungkin bagi pemerintah memaksa ingin menaikkan tarif 10% hanya hal biasa saja, tetapi bagi masyarakat apalagi yang tidak mampu ini adalah hal yg berat. Akibatnya pihak DPR pun belum mengambil keputusan apapun untuk menaikkan atau tidak
pengambilan keputusan ada level manajementnya, yakni:

1) Keputusan Strategis: yaitu keputusan yang dibuat oleh manajemen puncak dari suatu organisasi.
2) Keputusan Taktis: keputusan yang diambil oleh manajement menengah.
3) Keputusan Operasional: keputusan yang dibuat oleh manajemen bawah.

Dan ada 4 metode proses pengambilan keputusan dalam organisasi, yaitu :
1) Authority rule without discussion. (kewenangan tanpa diskusi)
Pada pengambilan keputusan ini tidaklah tanpa diskusi lagi dengan para anggotanya, namun seorang pemimpin mengambil jalan keluarnya sendiri.
2) Expert Opinion. (pendapat ahli)
Metode ini akan bekerja dengan baik, apabila seorang anggota yang dianggap ahli memang benar-benar tidak diragukan lagi kemampuannya dalam hal tertentu oleh anggota organisasi itu.
3) Authority Rule After Discussion. (Kewenangan setelah diskusi)
Metode ini akan meningkatkan kualitas dan tanggung jawab para anggotanya,maksudnya pendapat dari anggota sangat diperhatikan dalam proses pembuatan keputusan, namun perilaku pemimpin dan kelompok masih berpengaruh.
4) Consensus. (Kesepekatan)
Partisipasi penuh dari seluruh anggota akan dapat meningkatkan kualitas keputusan yang diambil, seperti tanggung jawab para anggota dalam mendukung keputusan tersebut.

Dalam hal ini maka DPR menggunakan keputusan strategis dan berdasarkan metode pengambilan keputusan yang diambil adalah berdasarkan kewenangan setelah diskusi dan kesepakatan. Agar keputusan yang diambil tidak merugikan salah satu pihak atau hanya menguntungkan salah satu pihak, maka diperlukan musyawarah dalam pengambilan keputusan yang sangat berpengaruh bagi kelangsungan perekonomian di Indonesia.


Referensi: http://briliyan-iyannews.blogspot.co.id/2012/10/proses-pengambilan-keputusan.html

Friday 18 December 2015

Desain dan Struktur Organisasi

Dimensi Struktur Organisasi
Dimensi struktur organisasi terbagi menjadi 3 yaitu:
1. Formalisasi
Formalisasi mengacu derajat dimana segala harapan mengenai cara dan tujuan pekerjaan dirumuskan, ditulis dan diberlakukan. Suatu organisasi yang sangat formal, akan memuat prosedur dan aturan yang ketat dalam setiap kegiatan / pekerjaan di dalam organisasi. Formalisasi merupakan hasil dari spesialisasi kerja yang tinggi, pendelegasian kewenangan yang tinggi, pembagian departemen berdasarkan fungsi, dan luasnya rentang kendali.

2. Sentralisasi
Sentralisasi merupakan dimensi struktur organisasi yang mengacu pada derajat dimana kewenangan untuk mengambil keputusan dikuasai oleh manajemen puncak. Hubungan sentralisasi dengan empat desain keputusan adalah sebagai berikut:

  • Semakin tinggi spesialisasi kerja, semakin besar sentralisasi.
  • Semakin sedikit kewenangan yang didelegasikan, semakin besar sentralisasi.
  • Semakin besar penggunaan departemen berdasarkan fungsi, semakin besar sentralisasi.
  • Semakin luas rentang kendali, semakin besar sentralisasi.

3. Kerumitan
Kerumitan (complexity) adalah suatu struktur organisasi yang mengacu pada jumlah pekerjaan atau unit yang berbeda dalam organisasi.

Departementalisasi
Departementalisasi adalah upaya mengelompokan aktivitas pekerjaan sehingga aktivitas-aktivitas dan hubungan yang serupa dan logis dapat diselenggarakan secara serempak. Beberapa bentuk departementalisasi sebagai berikut:

  1. Fungsi.
  2. Produk atau jasa.
  3. Wilayah.
  4. Langganan.
  5. Proses atau peralatan.
  6. Waktu.
  7. Pelayanan.
  8. Alpa-numeral.
  9. Proyek atau matriks.
Departementalisasi fungsional mengelompokkan fungsi-fungsi yang sama atau kegiatan-kegiatan sejenis untuk membentuk suatu satuan organisasi. Organisasi fungsional ini merupakan bentuk yang paling umum dan bentuk dasar departementalisasi.

Departementalisasi Divisional dapat mengikuti pembagian divisi-divisi atas dasar produk, wilayah (geografis), langganan, dan proses atau peralatan.
  • Struktur organisasi divisional atas dasar produk. setiap departemen bertanggung jawab atas suatu produk atau sekumpulan produk yang berhubungan (garis produk).
  • Sturktur organisasi divisional atas dasar wilayah. Departementalisasi wilayah atau disebut depertementalisasi daerah, regional atau geografis, adalah pengelompokkan kegiatan-kegiatan menurut tempat dimana operasi berlokasi atau dimana satuan-satuan organisasi menjalankan usahanya.
Model Desain Organisasi

1. Desain Organisasi Mekanistik.
  • Proses kepemimpinan tidak mencakup persepsi tentang keyakinan dan kepercayaan.
  • Proses motivasi hanya menyadap motif fisik, rasa, aman, dan ekonomik melalui perasaan takut dan sanksi.
  • Proses komunikasi berlangsung sedemikian rupa sehingga informasi mengalir ke bawah dan cenderung terganggu tidak akurat.
  • Proses interaksi bersifat tertutup dan terbatas, hanya sedikit pengaruh bawahan atas tujuan dan metode departemental.
  • Proses pengambilan keputusan hanya di tingkat atas, keputusan Relatif.
  • Proses penyusun tujuan dilakukan di tingat puncak original, tanpa mendorong adanya partisipasi kelompok.
  • Proses kendali dipusatkan dan menekankan upaya memperhalus kesalahan.
2. Desain Orgranisasi Orgranik.
  • Proses kepemimpinan mencakup persepsi tentang keyakinan dan kepercayaan antara atasan dan bawahan dalam segala persoalan.
  • Proses motivasi berusaha menimbulkan motivasi melalui metode Partisipasi.
  • Proses komunikasi berlangsung sedemikian rupa sehingga informasi mengalir secara bebas keseluruh orgranisasi yaitu ke atas ke bawah dan kesamping.
  • Proses interaksi bersifat terbuka dan ekstensif, bai atasan ataupun bawahan dapat mempengaruhi tujuan dan metode partemental.
  • Proses pengambilan keputusan dilaksanakan di semua tingkatan melalui proses kelompok.
  • Proses penyusunan tujuan mendorong timbulnya partisipasi kelompok untuk menetapkan sasaran yang tinggi dan realistis.
  • Proses kendali menyeber ke seluruh orgranisasi dan menekan pemecahan masalah dan pengendalian diri.

Kepemimpinan

Pengertian
Kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
Pemimpin adalah orang yang mendorong dan menggerakan orang lain agar mau bekerja sama mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Tipe Kepemimpinan
Secara ilmiah orang membedakan tipe kepemipinan sebagai berikut:

  1. Kepemimpinan Pribadi (Personal Leadership).
  2. Kepemimpinan Non Pribadi (Non Personal Leadership).
  3. Kepemimpinan Otoriter.
  4. Kepemimpinan yang Demokratis.
  5. Kepemimpinan Paternalitis/Kebapakan.
  6. Kepemimpinan Laissez Faire (Bebas apa maunya).
  7. Kepemimpinan Militer.

Untuk dapat melaksanakan tugasnya, seorang pemimpin harus memiliki dua aspek yaitu:

  • Aspek internal, yaitu pemimpan harus mengetahui keadaan organisasi, gerak dan tujuannya.
  • Aspek eksternal, yaitu pemimpin harus mengatahui perkembangan organisasi lainnya serta mengetahui perkembangan situasi masyarakat di luar oarganisasi.
Sifat Kepemimpinan
Sifat-sifat yang baik selalu ditutut oleh seorang pemimpin agar selalu dapat memberikan kepemimpanannya. Sifat-sifat itu adalah sebagai berikut:
  1. Kelebihan rohaniah atau akhlak.
  2. Kelebihan jasmani.
  3. Kelebihan penggunaan nalar (rasio).
Asas-Asas Kepemimpinan
  1. Kemanusiaan: mengutamakan sifat-sifat kemanusiaan berupa pembimbingan manusia oleh manusia untuk mengembangkan potensi individu demi tujuan-tujuan manusia.
  2. Efisien: efisiensi teknis maupun soaial,berkaitan dengan terbatasnya sumber-sumber materi dan jumlah manusia atas prinsip penghematan adanya nilai-nilai ekonomis serta asas-asas manajemen modern.
  3. Kesejahteraan dan kebahagiaan yang lebih merata menuju pada taraf kehidupan yang lebih tinggi.
Tugas Pemimpin

1. Bersikap Adil (Arbitrating).
Pemimpin yang mampu bersikap adil tentunya secara taktis akan mampu memberikan keputusan yang bijak untuk memecahkan suatu masalah.

2. Memberikan Sugesti (Suggesting).
Pemberian sugesti ditujukan untuk merangkul seluruh anggota dalam satu kesatuan agar koordinasi dan kekompakan anggota dalam partisipasinya di suatu kelompok dapat terjaga.

3. Mendukung Tercapainya Tujuan (Supplying Objectives).
Seorang pemimpin diharuskan untuk mampu bersikap tegas dan mendukung segala aspek pemicu keberhasilan tujuan kelompok. Dengan demikian, visi dan misi dari kelompok tersebut akan berjalan secara maksimal.

4. Menjadi Katalisator (Catalysing).
Seorang pemimpin dapat dikatakan sebagai katalisator apabila mampu menunjang segala aspek kemajuan kelompoknya dengan ide-ide dan tindakan yang baik.

5. Menciptakan Rasa Aman (Providing Security).
Seorang pemimpin dikatakan mampu menciptakan rasa aman apabila ia mampu untuk terus berfikiran positif, teguh pendirian dan mampu memegang segala kendali dengan jujur yang bijaksana.

6. Sebagai Wakil Organisasi (Representing).
Pemimpin yang baik akan mampu menempatkan dan membawa dirinya untuk menjadi citra yang baik bagi seluruh anggota kelompok dan organisasi yang menjadi tanggung jawabnya.

7. Sumber Inspirasi (Inspiring).
Seorang pemimpin yang baik jelas mampu memberikan inspirasi yang baik bagi setiap anggota kelompoknya.

8. Bersikap menghargai (Praising).
 Pemimpin yang baik perlu memiliki peranan yang kuat dalam sikap menghargai seorang bawahannya, baik dalam situasi dan kondisi hati yang baik ataupun buruk, pemimpin harus bisa bersikap secara dinamis dalam menghargai anggota.



Source:

Kelompok, Karakteristik, dan Tahapan Pembentukannya

Kelompok
Kelompok adalah kumpulan manusia yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan dan saling berinteraksi. Kelompok diciptakan oleh anggota masyarakat yang juga dapat mempengaruhi perilaku para anggotanya.

Karakteristik Kelompok
  1. Terdiri dari dua orang atau lebih dalam interaksi sosial baik  secara verbal maupun non verbal.
  2. Anggota kelompok harus mempunyai pengaruh satu sama lain supaya dapat diakui menjadi anggota suatu kelompok.
  3. Mempunyai struktur hubungan yang stabil sehingga dapat menjaga anggota kelompok secara bersama dan berfungsi sebagai suatu unit.
  4. Anggota kelompok adalah orang yang mempunyai tujuan atau minat yang sama.
  5. Individu yang tergabung dalam kelompok, saling mengenal satu    sama lain serta dapat membedakan orang-orang yang bukan anggota kelompoknya.
Tahap-Tahap Pembentukan Kelompok
  1. Forming. Pada tahap ini kelompok baru saja dibentuk dan diberikan tugas. Anggota kelompok cenderung untuk bekerja sendiri dan walaupun memiliki itikad baik namun mereka belum saling mengenal dan belum saling percaya.
  2. Storming. Kelompok mulai mengembangkan ide-ide berhubungan dengan tugas-tugas yang mereka hadapi. Mereka membahas isu-isu semacam masalah yang harus mereka selesaikan. Anggota kelompok saling terbuka dan mengkonfrontasi ide-ide dan perspektif mereka masing-masing. Pada beberapa kasus, tahap storming cepat selesai. Namun ada pula yang mandenk pada tahap ini.
  3. Norming. Terdapat kesepakatan dan konsensus antara anggota kelompok. Peranan dan tanggung jawab telah jelas. Anggota kelompok mulai dapat mempercayai satu sama lain seiring dengan mereka melihat kontribusi masing-masing anggota untuk kelompok.
  4. Performing. Kelompok dalam tahap ini dapat menyelesaikan pekerjaan dengan lancar dan efektif tanpa ada konflik yang tidak perlu dan supervisi eksternal. Anggota kelompok saling bergantung satu sama lainnya dan mereka saling respect dalam berkomunikasi.
  5. Adjourning dan Transforming. Tahap dimana proyek berakhir dan kelompok membubarkan diri. Kelompok bisa saja kembali pada tahap mana pun ketika mereka mengalami perubahan.
Team Work
Team Work atau kerja sama adalah usaha yang dilakukan oleh individu secara bersama-sama agar pekerjaan dalam usaha pencapaian tujuan menjadi lebih cepat dilakukan dan lebih mudah.

Kekuatan Team Work
Dalam menyusun team work dan praktiknya, ada beberapa unsur dan karakteristik yang membangun kekuatan team work.

Peran Anggota
Orang-orang yang menjadi bagian dari team work biasanya memiliki spesialis dalam suatu bidang pekerjaan sosioemosional. Mereka akan memperlihatkan perilaku seperti:
  • Memprakarsai ide.
  • Memberikan opini.
  • Mencari informasi.
  • Meringkas.
  • Memberi semangat.
Orang-orang yang menggunakan peran sosioemosional mendukung kebutuhan emosional para anggota tim dan membantu menguatkan kesatuan sosial. Mereka memperlihatkan perilaku-perilaku seperti:
  • Mendorong
  • Berpadu
  • Mengurangi Ketegangan
  • Mengikuti
  • Berkompromi
Kekompakan Team
  1. Interaksi tim. Hubungan yang lebih baik antara anggota tim dan semakin banyak waktu yang dihabiskan bersama, semakin kompak tim tersebut.
  2. Konsep tujuan yang sama. Anggota tim sepakat dengan tujuan dan menjadikan lebih kompak
  3. ketertarikan pribadi terhadap tim. Para anggota memiliki sikap dan nilai yang serupa dan senang berkumpul.


Source:

Friday 11 December 2015

Pendapat Mengenai "Peran Komunikasi dalam Organisasi"

Dalam postingan kali ini, saya akan menguraikan pendapat pribadi mengenai "Peran Komunikasi dalam Organisasi".

Tentu saja dalam berogranisasi, pasti akan terjadi komunikasi antar individu dalam organisasi/kelompok maupun komunikasi antar organisasi. Komunikasi yang terjadi bisa berupa menyampaikan informasi yang berguna bagi individu atau organisasi, mengemukakan pendapat mengenai tujuan organisasi, penyusunan struktur organisasi, dan memilih atau menunjuk seseorang untuk dijadikan pemimpin dalam organisasi. Dalam komunikasi, terdapat unsur-unsur yang mendukung terjadinya komunikasi.

Komunikasi terjadi bila ada sumber untuk dijadikan bahan pembicaraan dan pertimbangan yang datangnya bisa dari individu atau dari kelompok. Biasanya sumber ini disebut sebagai komunikator atau si pemberi informasi. Komunikator akan menyampaikan pesan yang berisi informasi yang berguna bagi organisasi. Penerima informasi (komunikan) merupakan elemen terpenting dalam proses komunikasi, tanpa adanya komunikan maka tidak akan terjadi komunikasi. Media penyampaian yang paling dominan dalam berkomunikasi adalah pancaindra manusia yaitu mata dan telinga (tatap muka secara langsung). Namun di dengan semakin majunya teknologi, proses komunikasi bisa dilakukan dengan melalui telpon, pesan atau surat elektronik. Setelah informasi disampaikan kepada komunikan, maka organisasi akan mempertimbangkan pengaruh atau efek dari informasi tersebut terhadap organisasi itu sendiri.

Komunikasi dalam organisasi sangat penting karena akan mempengaruhi kinerja individu dalam organisasi tersebut untuk mencapai tujuan. Semakin baik komunikasi yang terjalin, maka organisasi akan semakin mudah individu-individu dalam organisasi untuk menjalankan instruksi-instruksi dan memperkuat jaringan dalam organisasi tersebut. Jika komunikasi tidak berjalan dengan baik, maka akan terjadi miscommunication yang mengakibatkan kesalahan interpretasi dari informasi yang didapat dan menyebabkkan tidak tercapainya tujuan yang diinginkan.