Friday 12 February 2016

[Kreativitas] Membuat Bros Cantik Menggunakan Kain Perca

Assalamualaikum kawan~ ^w^

Untuk memenuhi tugas softskill mengenai kreativitas, saya membuat bros sederhana yang cantik dari kain perca atau kain bahan sisa yang masih bisa diolah. Kebetulan dirumah ada banyak kain perca sisa jahitan baju buatan ibu saya, jadi saya olah untuk dibuat bros.

Berikut adalah alat dan bahan:



Alat:

  • Benang
  • Jarum Jahit
  • Jarum Pentul
  • Gunting
  • Lem Tembak
Bahan:
  • Kain Perca
  • Kain Keras
  • Kancing
  • Peniti
Cara membuat:


  • Gunting kain perca berbentuk persegi empat berukuran 7cm x 7 cm sebanyak 5 buah.
  • Ambil 1 kain yang sudah digunting tadi, lalu lipat diagonal (lihat gambar no, 1).
  • Sematkan jarum pentul ditengahnya agar kain tidak bergeser.
  • Jahit sisi kain (lihat gambar no. 2).
  • Kemudian tarik jahitan sehingga menghasilkan kerutan seperti kelopak bunga (lihat gambar no. 3).
  • Ulangi dari langkah ke-2 dengan melanjutkan jahitan (lihat gambar no. 4).
  • Setelah ke 5 kain dijahit, tarik kuat benang lalu jahit mati. Hasilnya akan seperti pada gambar no. 5.


  • Tempel kancing menggunakan lem tembak ditengah-tengah jahitan. (Lihat gambar no. 6).




  • Ambil satu buah kain keras yang sudah digunting berbentuk lingkaran sebanyak 2 buah (ukuran disesuaikan dengan besarnya bros).
  • Lipat lalu gunting untuk memasukkan peniti (lihat gambar no. 7).
  • Masukkan peniti (lihat gambar no. 8).
  • Tempelkan sisi belakang peniti dengan kain keras yang satunya menggunakan lem tembak (lihat gambar no. 9).
  • Tempelkan kain keras tersebut dibelakang bros (lihat gambar no. 10).

Nah! Bros-nya jadi~~

Cukup mudah kan? ^-^

Dan ini beberapa model bros yang saya buat juga. Semoga bermanfaat!






Monday 1 February 2016

Perubahan dan Pengembangan Organisasi

Definisi Perubahan dan Pengembangan Organisasi

Perubahan organisasi adalah perubahan yang dimulai dari suatu titik dan berlanjut melalui beberapa tahap hingga mencapai hasil yang diharapkan oleh anggota organisasi. Perubahan ini berupa memunculkan dan mengimplementasikan ide-ide baru dalam organisasi untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan dengan cara pengembangan internal.

Pengembangan organisasi merupakan suatu perubahan sosial yang direncanakan dan diawasi sehingga terjadi penyusunan kembali struktur organisasi, tugas-tugas dan fungsi-fungsi organisasi. Pengembangan organisasi terdiri dari perencanaan, penataan, dan bimbingan dari organisasi baru atau organisasi yang disusun kembali.

Langkah-Langkah Menuju Proses Perubahan

Ada tujuh langkah komprehensif yang ditempuh dalam proses perubahan organisasi. Langkah-langkah tersebut yaitu:


  1. Mengenali kebutuhan akan perubahan.
  2. Menetapkan tujuan perubahan.
  3. Mendiagnosis apa yang menyebabkan perlunya dilakukan perubahan.
  4. Memilih teknik perubahan yang sesuai untuk mencapai tujuan.
  5. Merencanakan implementasi untuk perubahan.
  6. Mengimplementasikan perencanaan perubahan.
  7. Mengevaluasi perubahan dan tindak lanjut.

Perencanaan Strategi Organisasi

Rencana strategis organisasi merupakan elemen penting dalam pengembangan sebuah lembaga atau organisasi. Hal ini tidak terbatas pada lingkup lembaga yang berorientasi pada kegiatan nirlaba atau kemasyarakatan, tetapi juga pada organisasi berorientasi laba atau keuntungan. Organisasi secara prinsipil memiliki pelbagai kesamaan meski dalam tujuan dan bentuk yang berbeda.

a) Menyusun Misi Organisasi
Misi adalah bentuk sederhana dari keseluruhan cita-cita jangka pendek sebuah organsiasi. Misi merangkum secara terperinci berbagai aspek yang ingin dicapai sebuah organisasi pada jangka waktu yang terukur.

b) Menyusun Tujuan Organisasi
Tujuan adalah turunan dari misi. Jika misi menggambarkan tujuan besar pada organisasi Anda, maka tujuan memperinci dan membatasinya dalam jangka yang lebih dekat.
Tujuan dirumuskan dalam pernyataan yang biasanya digambarkan dalam kalimat kerja yang aktif. Meski demikian, ada beberapa pendapat yang menyatakan bahwa tujuan baiknya ditulis tidak dalam kata kerja.

c) Menentukan Sasaran
Sasaran merupakan turunan dari tujuan. Dalam satu tujuan, terdapat beberapa hal atau dimensi yang harus dicapai. Sasaran menjelaskan secara lebih terperinci apa yang dicapai pada setiap aspek. Sasaran menjembatani untuk mencapai beberapa tujuan mikro yang menghantar pada misi yang merupakan tujuan makro.

d) Menyusun Rencana Kerja
Rencana kerja menjadi acuan rinci untuk memastikan misi, tujuan dan sasaran bisa dicapai. 'Rencana kerja' membuat rincian aktivitas yang akan dilakukan guna mencapai rincian-rincian tujuan. Hal ini akan memermudah proses mengevaluasi dan memantau ketercapaian tujuan, sasaran dan misi organisasi pada periode tertentu.

Referensi:
http://dimasihsanprasetyo.blogspot.co.id/2013/06/pengertian-perubahan-dan-pengembangan.html
https://dadangpramono.wordpress.com/2013/10/27/perubahan-dan-perkembangan-organisasi/
http://ensiklo.com/2014/11/langkah-menyusun-rencana-strategis-organisasi/

Budaya Politik di Indonesia

Kita tahu bahwa dalam kenyataannya tidak ada budaya politik yang diterapkan secara murni. Begitu juga budaya politik di Indonesia. Tipe budaya politik masyarakat Indonesia menurut Afan Gaffar, budaya politik Indonesia mempunyai kecenderungan berikut:

1. Adanya hierarki yang tegas, seperti berikut.

Masyarakat Jawa dan sebagian besar masyarakat lain di Indonesia pada dasarnya bersifat hierarkis.
Stratifikasi sosial yang hierarkis ini tampak dengan adanya pemilahan tegas antara minoritas penguasa dan rakyat pada umumnya.
Pihak yang membentuk semua agenda publik, termasuk merumuskan kebijakan adalah penguasa/ pemerintah, sedangkan rakyat cenderung disisihkan dari proses politik.

2. Kecenderungan patronage (mencari perlindungan) tercermin dalam bentuk kegiatan berikut.

Pola hubungan yang bersifat individual dan antardua individu, yaitu patron-client atau ”Bapakisme”.
Dalam kehidupan politik, budaya politik semacam ini tampak pada perilaku politisi yang lebih mencari dukungan dari atas daripada menggali dukungan dari basisnya (bawah).

3. Kecenderungan neopatrimonialistik yang mengandung pengertian sebagai berikut.
Negara sudah memiliki atribut atau kelengkapan yang sudah modern dan rasional, tetapi masih memperlihatkan atribut yang patrimonial, yaitu negara masih dianggap milik pribadi atau kelompok pribadi sehingga diperlakukan layaknya sebuah keluarga.

Itulah gambaran budaya politik masyarakat Indonesia. Budaya politik masyarakat Indonesia tersebut mengakibatkan berkembangnya budaya korupsi, kolusi, dan nepotisme dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Salah satu contohnya adalah pengangkatan seseorang pada jabatannya cenderung tidak berdasarkan prestasi, tetapi bergantung pada tindakan kolusi dan nepotisme. Padahal, peraturan tentang pengangkatan sudah ada, namun tidak ditaati.

Selain itu, dalam budaya politik Indonesia terdapat tindakan-tindakan mempolitisasi agama yang dilakukan dengan cara-cara seperti berikut.

Menggunakan ayat-ayat tertentu dari agama yang dapat membenarkan suatu tindakan tertentu.
Mengerahkan massa turun ke jalan, baik dalam bentuk demonstrasi atau pawai di jalanan yang istilah lainnya adalah ”tekanan dari jalanan”.

Berdasarkan dampak dari budaya politik Indonesia pada era Orde Baru tampak jelas bahwa budaya politik masyarakat Indonesia pada era Orde Baru masih bersifat rendah. Belum adanya kesadaran dari masyarakat Indonesia untuk turut berpartisipasi dalam mempengaruhi pengambilan kebijakan publik pada beberapa tingkatan. Mereka juga belum memiliki kemauan untuk mengorganisasikan diri dalam kelompok-kelompok protes jika terdapat praktik-praktik pemerintahan yang tidak fair.

Bagaimanakah dengan budaya politik masyarakat Indonesia pada era reformasi? Pada era reformasi budaya politik Indonesia sudah mengalami perubahan. Tingkat kesadaran warga masyarakat terhadap partisipasi dalam perumusan kebijakan publik mulai tumbuh. Oleh karena itu, budaya politik masyarakat Indonesia saat ini dapat dikatakan bertipe subjek partisipan, yaitu budaya politik yang merupakan peralihan atau perubahan dari budaya subjek (pemerintahan yang sentralistik) menuju budaya partisipan (demokratis).

Sebagai warga masyarakat sekaligus warga negara yang baik, Anda mempunyai tanggung jawab untuk mewujudkan budaya politik yang partisipan. Dengan demikian, akan tercipta pemerintahan yang demokratis, jujur, dan adil, bebas dari segala bentuk kegiatan korupsi, kolusi, dan nepotisme.

source: http://pkn-ips.blogspot.co.id/2015/07/budaya-politik-masyarakat-indonesia.html